Jumat, 19 November 2010

Supervisors

Pengalaman melihat teman-teman senasib sepenanggungan dan observasi kecil-kecilan, ternyata supervisor bisa dikategorikan menjadi 3, diantaranya:


Si Superior


Inilah jenis supervisor yang memonopoli pekerjaan-pekerjaan penting. Biasanya supervisor jenis ini menerapkan standar kehadiran tinggi dan loading pekerjaan yang padat. Mahasiswanya diharuskan bekerja(baca : eksis di lab dan bereksperimen) secara full time. Seluruh ide penelitian biasanya bersumber dari supervisor dan mahasiswa berperan hanya sebagai pelaksana lapangan. Dengan system ini, mahasiswa bimbingannya biasanya memiliki pemahaman yang rendah terhadap wawasan penelitian, content dan analisis. Kemampuan menulis mahasiswa menjadi kurang terasah karena sang supervisor seringkali memonopoli atau bahkan mengambil alih peran menulis dan mempublikasi (walaupun tak jarang dia menempatkan mahasiswanya sebagai penulis utama). Ada job desc yang jelas: mahasiswa kerja full time di lab, meng-generate data dan melaporkan—sedangkan supervisor mengintrepetasi hasil dan melakukan analisis. Supervisor jenis ini biasanya tumbuh subur di lab-lab yang menjalankan prosedur baku untuk eksperimen dan hanya mem-variasikan bahan awal. Produktivitas dari grup ini biasanya sangat tinggi, ditandai dengan banyaknya publikasi. Kreativitas supervisor tinggi dan terasah baik, namun sayangnya kreativitas mahasiswa kurang terasah. Suasana kerja biasanya sangat-sangat kompetitif karena semua mahasiswanya menjalankan riset yang relative mirip.


Si Moderat


Sang moderat selalu berusaha menyeimbangkan perannya sebagai pelaksana dan inisiator. Tidak terlalu ketat terhadap kehadiran dan tidak memberikan loading yang berlebihan. Walaupun inisiator dari projek berasal dari supervisor, arah dari penelitian merupakan hasil kreativitas mahasiswa. Proposal penelitian biasanya telah ditetapkan namun arah riset seringkali berbeda dari plot awal. Dengan system ini, mahasiswa bimbingannya dituntut untuk melakukan literature review yang mendalam dan membuat inisiatif-inisiatif baru. Itulah sebabnya waktu untuk benar-benar berada di lab dan bereksperimen tidak terlalu padat. Namun, tatkala mahasiswa ybs mengalami kebuntuan, supervisor ini biasanya langsung mengenali gejalanya dan segera memberikan bantuan. Kemampuan menulis mahasiswa sangat terasah, sekalipun supervisor secara aktif memberikan koreksi dan feedback. Ide-ide pengembangan penelitian yang kebanyakan berawal dari mahasiswa, menyebabkan kemajuan riset yang agak lambat sehingga jumlah publikasi relative rendah. Grup riset yang digawangi supervisor jenis ini biasanya sangat dinamis, tidak terlalu kompetitif dan memiliki variasi riset yang tinggi.


Si Apatis


Seperti yang dibayangkan, supervisor jenis ini cenderung menyerahkan segala urusan pada anak bimbingannya. Mungkin saja ide awal riset berawal darinya, tetapi metode yang dikembangkan, teknik yang dipakai, arah riset dan analisis, sepenuhnya menjadi urusan mahasiswa. Pertemuan supervisor dan mahasiswa biasanya hanya intensif di akhir masa studi, yaitu saat menulisan tesis. Apabila mahasiswanya mengalami kebuntuan, supervisor jenis ini biasanya tidak menyadarinya. Keuntungannya, mahasiswanya bisa dengan leluasa mengambil full-time side-job tanpa terdeteksi dan dapat menghilang berbulan-bulan tanpa protes dari siapapun. Kemandirian dan keteguhan mahasiswa bimbingan dalam menjalankan project merupakan satu-satunya kunci yang menentukan keberhasilan diraihnya gelar di akhir masa studi. Grup riset yang dipimpin supervisor jenis ini biasanya kecil, kurang berkembang dengan objek penelitian yang sangat-sangat bervariasi. Produktivitas? Mungkin alakadarnya.


WHICH ONE YOURS??

0 komentar:

Posting Komentar